Angelpoker.com Tanpa Potongan Meja - Kali ini akan menceritakan pengalaman sex dari seorang Pria yang bernama Wahyu.Pengalaman Sex ini bisa di bilang mengharukan dan menyenangkan,karena Wahyu ini memperawani seorang gadis yang rela menjadi pemandu karoke dan menjual tubuhnya kepada Wahyu hanya untuk membayar ujian sekolahnya.Mau tahu kelanjutan ceritanya,langsung aja yuk baca dan simak cerita ini
Perkenalkan nama saya Wahyu,aku adalah salah satu staff disalah satu perusahaan asing Di Jakarta. Setelah lulus kuliah, dan mendapatkan pekerjaan, aku merasa dunia ini penuh dengan hal yang baru, dan penuh dengan warna. Berawal dari mengenalnya seorang Wanita yang bernama Santi. Santi ini berumur sekitar 18 tahun, diusianya yang sekarang ini layaknya bunga dia sedang mekar-mekarnya dan sedap dipandang.
Pertama kali aku bertemu dengan Santi yatu ketika kantorku mengadakan gathering disalah satu tempat hiburan di Jakarta. Santi ini adalah pemandu karaoke di sebuah tempat karaoke yang baru saja buka 2 bulan yang lalu. Ketika itu aku awalnya aku hanya iseng-iseng untuk sekedar ngobrol saja dengannya. Santi mengaku bahwa dia terpaksa menjadi seorang pemandu karaoke demi membayar ujian sekolahnya.
Pasti terbayangkan para pembaca, demi sekolahnya Santi rela menjadi pemandu karaoke (sungguh mengharukan ) . Jujur saja dari awal aku melihat Santi, aku sangat tertarik dengan bentuk tubuhnya yang membuat birahiku membara. Dalam hati aku berbica ( aku harus bisa menaklukkan dia ).Singkat cerita, dengan tekad yang kuat aku mendekati dia, pada akhirnya aku bisa menakluk Santi.
Jujur saja, aku ini memang suka sekali mempermainkan wanita hanya untuk memuaskan gairah Sexsku saja. Namun sebejat-bejanya aku, aku dulu pernah berjanji pada diri sendiri, bahwa aku tidak akan pernah mempermaikan wanita yang Masih perawan. Tapi nampaknya kali ini aku akan melanggar janjiku sendiri, mungkin saja karena Santi ini memang terlampau menarik bagiku.
Ketika itu pada saat aku mulai mencumbu Santi, dimana bibir kami saling bersentuhan, dengan disusul dengan tanganku yang mulai menjelajahi payudaranya. Nampaknya Santi mulai menikmati permainanku dengan tanda dia mulai mendesah seakan dia terbakar oleh tanganku yang memainkan payudaranya. Mungkin saja karena Santi ini memang belum pernah tersentuh oleh tangan jahil Pria
Ditambah lagi ketika lidahku mulai berpindah menjilati payudara dan klitorisnya, sungguh tidak terhitung dia mendesah dan mendapatkan Klimaks berkali-kali. Pada saat itu Santi aku ajak di hotel “B”, sesampainya disana, dengan cepatnya kulucuti busananya satu persatu. Aku melucuti, sembari aku memberikan ciuman bertubi- tubi di bibir dan lehernya, hal itu membuat Santi tidak sadar dengan apa yang sedang aku lakukan
Kutempelkan kejantananku yang Masih terbungkus jeans ke kakinya untuk menambah sensasi bagiku dan baginya. Kumulai manuver yang menjadi favoritku, jelajahan lidah ke sekujur tubuh. Aku mulai dari mulut dan bergeser ke arah lehernya, sementara tanganku mulai menemukan mainan yang sangat mengasyikkan, bungkahan payudara yang sangat kenyal, dan menantang.
Santi memiliki payudara yang kencang, ditambah lagi putingnya Masih berwarna merah muda. Tidak sabar segera kusapukan lidahku menyusul tangan yang sudah mendahului. Tubuhnya mulai mengejang, menunjukkan Santi sudah memperoleh Klimaksnya yang pertama. Ditambah lagi dengan desahan-desahan sembari menyebut-nyebut namaku,
“ Oughhh... Mas… Nikmat sekali Mas… Ssss… Aghhh… ”, desahnya penuh nikmat.
Lenguhan perlahan namun ragu-ragu, menunjukkan betapa amatir wanita
dalam pelukanku ini. Seolah tidak puas tanganku mulai merayap merasakan
kehangatan kewanitaannya yang sudah teramat basah. Kudapati klitorisnya
yang sudah mengeras dan licin, memudahkanku untuk mempermainkan dengan
tangan. Tidak kuhentikan jilatan-jilatan lidahku di putingnya.
Sekali lagi dia mengejang, dan melenguh menggapai Klimaks keduanya.
Tanpa memberi kesempatan untuk beristirahat, mulai kuturunkan jilatan-
jilatanku kearah perut, dengan tujuan yang pasti, kitoris,
Jilatan-jilatan yang turun perlahan dari payudara ke perut, mulai
membangkitkan semangatnya kembali. Kususuri perut langsingnya dan
kubiarkan bermain- main agak lama di sana.
Hal itu menimbulkan rasa geli dan penasaran baginya. Kuturunkan lagi
lidahku menuju ke selangkangan yang semakin lembab miliknya, hingga
kudapati klitorisnya yang semakin mengkilat dan keras. Indah memerah
merekah dan bau khas cairan kewanitaan yang sangat kusuka, namun milik Santi ini lain, bau yang harum, menunjukkan betapa terawat tubuhnya.
Tidak lama lidahku memainkan klitorisnya, sambil sekali-sekali
kususupkan ke liang kewanitaannya, kembali dia mengejang dan meracau
tidak menentu sambil menyebut-nyebut namaku,
“ Oughhh... Mas,… Ough… shhhh! Sudah Mas… Ssss… Aghhh…”, desahnya lagi.
Kuhisap cairan yang meleleh keluar dari kewanitaannya, Rasanya sangat
khas dan memabukkan. Lenguhan-lenguhan yang bisa membuatku gila, namun
otidak warasku Masih bisa berpikir. Jika dengan sentuhan-sentuhan dan
jilatan-jilatan itu saja bisa membuat Klimaks Santi lebih dari sekali,
jangan-jangan dia Masih murni dan perawan.
Mulai kuangkat tubuhku dan dan kubaringkan sejajar disampingnya serta
kulucuti pakaian yang menempel ditubuhku tanpa kecuali. Kutarik
tangannya untuk mulai mempermainkan Kejantananku. Ada tolakan keras dari Santi, jangankan untuk memberikanku kepuasan, untuk menyentuh
kejantananku-pun dia tidak mau. Dalam hati aku berkata ( Terus harus
bagaimana aku bisa memperoleh kepuasan !!!)
Semabri terus berusaha merayu, aku kembali menjilati payudaranya untuk
membuatnya kembali terbuai, dan sepertinya berhasil. Kurasakan lagi
tubuhnya mulai membara lagi. Kulihat gelengan kepala saat kucoba lagi
untuk meraih tangannya. fantasiku yang liar membuatku semakin tidak
tahan, aku harus mendapatkan kepuasan itu.
“ Ya, kalau gitu diMasukin aja, ya ? ”, ucapku pada Santi
Tanpa menunggu jawaban dari Santi, dan dengan sedikit reaksi keberatan Santi, aku mulai menggesekkan Kejantananku ke liang kewanitaan Santi yang sudah basah. Saat itu hanya sekedar bergesekan, aku belum berniat
untuk meMasukkan Kejantananku ke dalam kewanitaannya. Sensasi yang
sangat menggairahkan itu membuat Santi terhanyut dengan permainanku.
Ditambah lagi sat gesekan Kejantananku mengenai klitorisnya yang
mengeras itu, beuh…Santipun kembali terdengar mendesah seperti terbang
kelangit ke tujuh,
“ Oughhh… Ssss... Aghhh... ”, desahnya.
Hal itu menimbulkan tanya dalam benakku, bagaimana lagi rintihannya jika
Kejantananku kuMasukkan dalam kewanitaannya ? Tidak tahan dengan rasa
penasaran itu, mulai kuselipkan kepala baja Kejantananku dan kurasakan
tangannya menggapai pinggangku, menahan aku untuk tidak melesakkan
Kejantananku lebih dalam lagi. Ada lonjakan pinggul dan geraman perlahan
keluar dari mulutnya.
Lalu kucabut lagi Kejantananku untuk meningkatkan sensasi lain untuknya.
KuMasukkan lagi perlahan-lahan Kejantananku, sebatas kepala
kejantananku dan kembali tangannya menahan tubuhku. Kembali ada gerinjal
perlahan pinggul dan geraman serta nafas tertahan dari Santi seolah
kehabisan nafas, disusul kejatan-kejatan seluruh tubuhnya manggapai
Klimaksnya untuk kesekian kali.
“ Oughhh... Mas,… Ough… shhhh! ”,
Kucabut lagi, dan kususupkan Kejantananku dan perlahan- lahan kutambah
kedalamannya tanpa dia sadari, hingga tidak ada lagi yang tersisa.
Seluruh kejantanan Kejantananku telah habis memenuhi liang
kewanitaannya. Mulai kuayun tubuhku secara perlahan- lahan seolah
memompa kewanitaannya, dapat kurasakan cairan yang mulai meleleh keluar
mengenai selangkanganku.
Mungkin karena gerakan memompa yang perlahan- lahan itulah, kurasakan
tubuh Santi mulai membara kembali, ditandai dengan lenguhan tertahan dan
goyangan pinggul yang Masih tertahan keraguan. Tidak lama goyangan
perlahan tubuhku, kembali dia mengejat- ngejat bagaikan ikan kehabisan
air diiringi rintihan yang membuatku mabuk,
“ Oughhh... Mas… Ough… Sss… Aghhh… ”,
Semakin kupercepat ayunan tubuhku untuk segera mengejar ketinggalanku
darinya. Tidak tertahan lagi lenguhan yang juga semakin cepat seiring
kayuhanku yang semakin cepat,
“ Ughhh… Aghhh… Yeah… Oughhh…”,
Dengan perlahan penuh keraguan namun tidak tertahan dan mempengaruhi
otidak kecilku untuk segera menghabisinya. Mendadak kuhentikan
kayuhanku, dan kucabut Kejantananku dari kewanitaannya, dan kemudian
kupandangi wajahnya. Tidak tahan dengan perlakuanku itu, terasa ada
tarikan halus dari tangannya untuk melanjutkan permainan yang sengaja
kutunda itu.
Kulesakkan lagi kejantanan Kejantananku dengan agak kasar menghujam ke
kewanitaannya. Tidak tertahan lagi lenguhan panjang tanpa ada keraguan
yang tersisa,
“ Aghhh... Ughhh… Oughhh… ”,
Kuayunkan badanku tanpa ragu lagi dengan sepenuh tenagaku, semakin tidak
menentu pula rintihan yang hinggap ditelingaku, sehingga memancing
kenikmatan yang sudah mulai tidak dapat kubendung lagi, Segera kucabut
Kejantananku dan kugesekkan ke kewanitaan bagian luar dan klitorisnya.
Kugapai ejakulasiku dengan kutekankan Kejantananku ke bawah perutnya
untuk mencari sensasi. Dan ,
“ Crot… Crot… Crot…”
Seolah terjepit dengan kehangatan kewanitaannya, air maniku menyembur
dengan derasnya di antara perut kami seiring dengan lenguhan panjang
kami berdua,
“ Oughhhhhh… Ssss… Aghhhhhhhhhhhh… ”, desah panjang kami berdua.
Entah berapa kali aku mendapatkan Klimaksku. Dan entah untuk yang
keberapa kali bagi Santi Klimaks. Kugulingkan badanku sambil memejamkan
mata, menikmati sisa-sisa kenikmatan yang tidak tertahan hingga ujung
rambutku. Sementara itu Santi menarik selimut dan berbalik
memunggungiku, dan tidak berapa lama kudengar nafas lembut teratur,
tanpa meperdulikan cucuran keringat dan lelehan air mani yang Masih ada
di tubuhnya, lalu Santi tertidur pulas.
Sentuhan-sentuhan nakalku-pun tidak mampu membangunkannya dari mimpinya.
Niatku semula yang ingin segera mengulangi permainan ranjang itu aku
urungkan. Perlahan tapi pasti nafsuku yang siap menggelora lagi itu
menjadi padam. Tidak tega aku kalau ingat bahwa dia telah mengalami
Klimaks yang menguras tenaga itu berulang kali. Begitu sensitifnya Santi, seolah-olah gesekan celana dalamnya sendiri saat dia berjalanpun
bisa membuatnya terkulai penuh kenikmatan. Selesai.
0 komentar:
Posting Komentar