Angelpoker.com Tanpa Potongan Meja - kali ini akan menceritakan seorang wanita yang bernama Ratih.Pada suatu hari Ratih ini bertemu dengan teman lamanya Bayu,tentunya Bayu seorang lelaki kaya.sampai suatu ketika karena Bayu patah hati maka Ratih yang jadi pilihan pelariannya.Singkat cerita Ratihpun diajak makan dan setelah itu diajak belanja,berawal dari itu ketika Ratih mencoba gaun di kamar ganti mall,Bayu tiba-tiba masuk ke kamar ganti.Mau tau kelanjutan ceritanya?mari kita simak cerita ini
Hai para pembaca,perkenalkan nama aku Ratih,aku adalah seorang sekretaris di salah satu perusahaan swasta di kota B,aku akan menceritakan pengalaman liarku dengan seorang lelaki bernama Bayu. okey kalau begitu kita langsung menuju ke cerita liarku.Kira-kira sudah 1 tahun aku tidak komunikasi dengan Bayu,secara kebetulan minggu lalu aku bertemu Bayu di dealer mobil.
Ketika itu secara diam-diam aku kabur dari kantor, Pada siang itu aku
bermaksud untuk service mobil, aku mengira hanya sebentar untuk service
mobilku, eh ternyata lama juga service-nya. Kira-kira setelah aku
menunggu setengah jam, mobilku belum selesai juga service-nya. Tidak
terasa hari sudah menjelang sore, ketika itu aku ditelepon dari pihak
dealer, katanya sudah beres dan mobilku sudah bisa diambil.
Sesampainya disana ternyata aku harus menunggu lama lagi di lobby dealer
mobil itu. Untuk mengalihkan rasa kesal dan bosanku, aku iseng-iseng
berjalan dan melihat-lihat mobil-mobil di showroom itu. Nah… di sinilah
aku bertemu lagi dengan Bayu, Bayu ini kebetulan bekerja di dealership
ini dan dia berposisi sebagai sales. Dari percakapan hari itu, aku tahu
bahwa dia mempunyai mobil beberapa mobil mewah.
Oh iya… Bayu ini juga baru putus dengan pacarnya yang sudah lama
berhubungan dan tinggal bersama dengan Bayu . Sebenarnya aku tidak ingin
keluar dengan laki-laki ini, karena pada dasarnya aku tidak mau
dijadikan sebagai pelarian cintan-nya saja. Sampai pada akhirnya ketika
itu tepatnya pada hari Rabu sekitar pukul 09.00 pagi, tiba-tiba telepon
di meja kantorku berdering.
Lalu aku-pun bergegas mengangkat telefon itu,
“ Hallo… selamat pagi, dengan Ratih di sini, ada yang bisa saya bantu ??? ”, ucapku menjawab telefon itu.
Setelah kuangkat, ternyata terdengarlah suara laki-laki,
“ Pagi juga Ratih, ini aku Bayu,bagaimana kabar kamu sekarang ???
kira-kira kita bisa makan siang bareng kapan nih ??? hhe… ”, ucapnya.
“ Oh Bayu, kabar aku baik kog Dam. Kalau masalah makan siang, aku kayaknya sibuk banget deh minggu-minggu ini ”, jawabku.
“ Oh begitu ya Rat, oke deh minggu depan aja kalau begitu, aku tunggu yah ”, ucapnya.
Singkat cerita kira-kira sudah satu minggu Bayu terus menelefonku tiap
hari untuk mengajak keluar. Tak jarang aku berikan bermacam-macam alasan
untuk menolak ajakanya. tetapi hari ini nampaknya, dia tidak akan
menerima jawaban tidak / penolakan dariku. Bayu ini terus saja terus
mendesak dan merayuku, dan pada akhirnya aku-pun mengiyakan ajakan-nya.
“ Hey Ratih, selamat pagi, ini udah minggu depan hlo. Kayaknya kamu
udah nggk sibuk deh minggu-minggu ini.hhe.. Siang ini ita makan siang ya Rat ??, hari ini hari yang bagus hlo, nanti aku bolos kerja deh demi
kamu…hhe… Gimana ??? ”, ucapnya mulai merayuku.
“ Hah…. Aku-kan hari ini mesti kerja Dam, gimana coba ??? ”, jawabku.
“ Kerjakan pagi-nya, lagian juga ada waktu break-kan Rat ? Nanti pas
jam istirahat kamu aku jemput kantormu yah, Oh iya alamat kantormu di
mana ??? ”, ucapnya bersih kukuh tanpa menunggu jawaban ya atau tidak
dariku.
“ Hemmmm dasar kamu Bay, bisa aja kalau kalau ngerayu cewek. Kalau gitu
okey deh, Tapi cuma sebentar aja yah, dan aku enggak boleh telat masuk
kerjanya setelah Break ”, ucapku.
Pada akhirnya akupun menyepakati untuk makan siang hari ini dengan Bayu.
Selain dia sering megajakku untuk makan siang, tak jarang Bayu juga
menawarkan aku untuk makan malam bersamanya. Singkat cerita tibalah jam
istirahatku, 1 jam sebelumnya Bayu sudah menelepon untuk mengkonfirmasi
jam makan siang kami hari ini.
Setelah itu kira-kira 5 menit sebelum jam istirahatku, Bayu memberi tahu
bahwa dia hampir sampai. Sesampainya Bayu sampai dilokasi kerjaku,
akhirnya kamipun bertemu dan kami bergegas pergi salah satu restoran
Japanese Food. Oh iya guest… Bayu ini orangnya tidak jelek, tinggi 179
cm, berat badan proporsional, orangnya luwes, tapi sayangnya dia
mempunyai perut yang agak berlemak.
Tapi kalau dilihat secara keseluruhan dia memang mantap, ditambah lagu
dia mempunyai mulut yang pandai berbicara, ( tentu saja dia seperti itu,
soalnya dia-kan top sales di daerah sini). Apalagi nantinya aku tahu
kalau dia juga memiliki 3 mobil mewah lain di samping Porsche-nya. Aku
diam-diam menggunakan mental calculation mengkira-kira pendapatan dan
pengeluarannya setiap bulan.
Semua pembayaran mobil, asuransi, rumah, makan dan lain sebagainya. Wow,
banyak duitnya, aku pikir, tapi mengeluarkan terlalu banyak uang untuk
hal-hal yang tidak perlu. Lewat mental calculation pula aku menaksir
umurnya lebih tua 5 tahun dari aku. Bayu ini mempunyai nafsu makan yang
banyak sekali, selain kuat kuat makan dan dia juga kuat minum (
alcoholic).
Ketika itu pada waktu kami makan siang, dia memesan sake dan sampai dua
kali lagi dia memesanya. Makan siang kami yang menu makanannya enak
ketika itu dia sumpitkan ke piringku, sisanya dia habiskan semua, gila
nggak tuh guest, padahal kami memesan banyak sekali makanan waktu itu.
Kata Bayu, itupun belum cukup, diakuinya bahwa dia masih bisa tambah dua
burger lagi.
Sungguh aku sangat heran untuk porsi makannya yang luar biasa itu,
layaknya tubuhnya menyerupai balon, tapi dia tergolong kurus. Terus
terang, aku suka laki-laki yang nafsu makannya besar dan tidak takut
makan apapun. Ini berbeda hlo dengan dengan yang namanya rakus. Ini
pertanda kira-kira nafsu seks-nya juga besar dalam kamusku, hhe.
Sepanjang makan siang, tidak sekalipun dia menyinggung soal pacarnya.
Aku pun tidak mau tanya. Aku tidak berminat. Dia menyinggung banyak
tempat-tempat kemana dia ingin membawaku, tetapi aku tersenyum saja,
tidak memberi tanggapan positif. Sampai akhirnya kita mau berpisah, dia
minta nomor teleponku yang personal.
“ Telepon aku di kantor aja lah! ”,
“ Kalau aku pengen ngobrol malam-malam gimana? ”,
“ Well.. ”, aku segan, dia pun tidak memaksa.
Keesokan harinya Bayu meneleponku lagi dan juga lusanya. Sebenarnya aku
tidak ada rencana bagaimana harus menghadapinya. Di hatiku sudah ada
orang lain. Dasar laki-laki juga, kalau ada maksud mereka tidak pernah
bertanya atau perduli kalau kita sudah punya pacar. Pokoknya kalau di
jari manis kita belum ada cincin, pasti dikejar terus. Kali ini Bayu mengajakku pergi kencan pada hari Sabtu.
Aku langsung menolak, karena waktu itu aku memang mau ke undangan
pernikahan kawan dekatku. bukan Bayu namanya kalau dia menyerah,
aku sudah tahu taktiknya, bila makan siang ditolak, dia minta makan
malam, bila besok ditolak, dia minta lusa. Dan kali ini Sabtu ditolak,
dia minta Jumat malam. Akhirnya aku bilang Jumat malam aku akan pergi ke
toko baju beli gaun untuk wedding.
Bayu kepengin mengantar, suatu kebetulan bahwa Jumat adalah hari
liburnya, selain Selasa. Aku bukan mau belanja. Aku sudah melirik satu
gaun malam warna hitam yang aku suka, tapi belum kubeli sampai sekarang
karena lumayan mahal. Sampai akhirnya aku memutuskan Jumat malam akan
kubeli saja karena tidak ada yang lain yang lebih menarik.
Bayu menjemputku di kantor lagi malam itu. Di perjalanan yang lumayan
jauh dan macet itu, kita mengobrol panjang lebar mengenai apa saja,
kecuali mengenai seks-nya. Sesampainya di butik, aku tahu persis di mana
letak baju itu.
“ Bayu, aku coba baju dulu ya! Kamu liat-liat barang lain deh, biar enggak bosen nungguin aku ”, ucapku.
“ Kog gitu sih, Aku kan ke sini cuma buat nganterin kamu. Aku tunggu di luar kamar ganti kamu aja yah ”, ucapnya.
“ Okey deh kalau gitu Bay, Makasih ya Bay “, ucapku tanpa rasa curiga.
Aku tersenyum manis sebagai ucapan terima kasih atas kesediaannya
menunggu. Aku berpikir si Bayu ini kelihatannya punya hati yang baik.
Aku masuk ke kamar ganti yang besar dan mencoba lagi baju itu sebelum
benar-benar kubeli. Ternyata tetap seindah kemarin dulu. Gaun panjang
ini tidak mengijinkan aku mengenakan bra karena bagian punggungnya
sangat terbuka.
Bagian belahan payudaraku-pun lumayan rendah, gaun itu secara otomatis
memamerkan 1-2 cm bukit payudaraku. Sbenarnya dengan gaun itu aku
terlihat sangat Sexy. Bahannya gaunya yang lumayan tipis terasa menempel
di tubuh, memperlihatkan lekuk-lekuk tubuhku dan paha kananku yang
putih mulus karena belahan rok yang cukup tinggi.
Pada waktu itu ketika aku membungkuk, terlihat payudaraku seakan mau
meloncat keluar, apalagi saat itu aku mengenakan push up bra, belum
kutanggalkan, aku masih ragu pantaskah aku keluar sekedar sopan santun
terhadap Bayu. Tapi, buat apa aku bagai model pamer baju dan tubuh di
depan dia, aku kan bukan mau pergi ke pesta bersama dia.
Pada akhirnya aku buka pintu menengok keluar, dia masih di sana. Di luar
sepi-sepi saja, hanya ada satu dua orang yang sedang berbelanja. Aku
pun memutuskan untuk ke luar sebentar. Matanya langsung menangkapku. Aku
berucap,
“ Taraaaa… Ini gaun yang aku pilih Bay, bagus kan ??? ”, tanyaku padanya.
Sepertinya dia tidak tahu mau bicara apa. Aku memang terlihat sangat berbeda.
“ Benar-benar cantik kamu Rat ”, ucapnya memujiku.
Ketika itu aku hanya tersenyum. Aku tidak tahu bagaimana tampangnya,
tapi pada saat itu aku merasa aku lebih baik darinya. Bayu datang
mendekati, barangkali ingin ikut mengamati, tetapi tidak ada komentar
lain yang keluar dari mulutnya. Dia hanya bilang,
“ Pas banget di tubuhmu, you should buy it ”,
Sepertinya aku sudah membuat kejantanannya bangun. Aku geli sendiri. Aku
pun balik lagi ke kamar ganti. Setelah kututup pintu, tanpa disangka Bayu sudah menyusul di belakangku.
“ Ratih, boleh aku masuk? Ada sesuatu yang janggal tuh… ”, ucapnya.
“ Hahhh… ”, tanyaku heran sambil membuka pintu.
Kemudian Bayu-pun masuk, menutup pintu dan mengunci.
“ Bayu! Kamu enggak boleh masuk ke sini! ”, bisikku tertahan.
“ Ssstttt… !!! Enggak ada yang liat aku masuk ”, ucapnya.
Lalu Dia menyeringai, lalu berbisik tak kalah pelannya.
“ Kamu benar-benar menggairahkan... cuma... tidak seharusnya kamu mengenakan Bra... ”, wajahnya dekat sekali dengan wajahku.
Suasana di luar dan di dalam sangatlah berbeda. Di sini lebih private
dan kami dekat sekali. Aku bisa merasakan dirinya sudah terangsang.
Tangannya menyentuh bahuku, menarik turun tali BRA-ku satu persatu lewat
dari pundakku ke lenganku. Dengan begitu, yang ada di bahuku hanyalah
seutas kain bagaikan tali yang berasal dari gaunku.
Lewat sentuhannya di kulitku dan desahan nafasnya, darahku mulai naik.
Aku memang tidak punya perasaan khusus untuknya. Bahkan kami baru kenal,
tapi aku biarkan tangannya merambat kepunggungku mencari kaitan Bra,
aku hanya menahan nafas ketika tercium bau cologne yang dia pakai, dekat
sekali. Aku menduga dia memang sengaja mendekatkan begitu supaya aku
tidak tahan.
Setelah ditemukan, Bayu melepaskan kaitan itu, kemudian dia menarik
talinya lepas dari lengan kiri dan lengan kananku, lalu dia tarik keluar
sepotong pakaian dalam itu. Aku berdiri tegak bagai orang terhipnotis,
tidak melawan sama sekali terhadap aksinya. Aku sadar, ada seorang
laki-laki yang sedang dilanda birahi, aku yang menyebabkannya begitu,
dan aku sedang diminta tanggung jawab.
Bayu merangkul pinggangku, membawaku ke dalam pelukannya. Untuk beberapa
saat dia hanya merangkulku, kurasakan dadaku yang tidak terbungkus
menempel di dadanya.
“ Ratih sayang, aku ingin membina suatu hubungan denganmu, maka... kalau
kamu enggak siap, suruhlah aku keluar sekarang, tapi.. ”,
Pelukannya mengerat, kaki kanannya diselipkan di antara kedua kakiku
lalu menekankan pangkal pahanya pada diriku, mendorongku ke belakang
selangkah sehingga merapat ke dinding,
“ Aku ingin kamu tahu... bahwa pada saat ini, aku sedang mengalami On fire... ”,
Gila! tentu saja aku bisa merasakan benda keras itu di balik celana
jeansnya, wong dia dengan sengaja menggesek-gesekkannya di
selangkanganku kok. Bersamaan dengan itu, Bayu mendaratkan bibirnya di
bibirku dan mulai menciumiku dengan panas. Bibirnya turun ke daguku,
lalu naik ke kupingku, di sana dia membisikkan,
“ Oughh... Ratih... you’r my Honey... Aghhh… ”, ucapnya penuh nafsu.
Kemudian turun lagi ke leherku, setiap inci kulitku merasakan kehangatan
yang dia berikan lewat bibir dan lidahnya, kadang giginya menggigitku
pelan memberiku kenikmatan yang lebih dalam. Otakku saat itu tidak dapat
berpikir dengan logis. Aku tidak ingat bahwa lelaki yang sedang
mencumbuiku ini baru saja aku kenal. Dua tahun yang lalu kita cuma teman
asal lewat saja.
Sekarang setelah bertemu satu kali saja, dia sudah mulai menggerayangi
tubuhku. Tidak pernah aku berbuat sejauh ini dengan seorang stranger
sebelumnya. Tak tahan lagi aku menggigit bibirku agar tidak mengeluarkan
suara, akhirnya aku cuek, aku mendesah dan merintih, bahkan melenguh
kuat ketika dia meremas payudaraku. Aku sudah tidak peduli bahwa kami
berada di tempat umum.
Siapa saja kapan saja orang bisa lewat dan mendengar suaraku. Di
sela-sela ciumannya, ternyata aku masih ingat akan gaun yang akan
menutupi tubuhku di pesta besok,
“ Oughhh... Bayu... bajuku ini belum dibayar... hati-hati yah… Ssss… aghhh… ”, ucapku mulai mengikuti permainan Bayu.
Kalimat ini malah mengingatkan dirinya bahwa aku masih berpakaian,
diangkatnya bagian rok gaunku ke atas melewati kepalaku. Kini aku bugil,
hanya ada celana dalam yang masih menutup kewanitaanku. Bayu kembali
menjelajahi tubuhku yang barus saja tertutup, dia menciumi setiap
lekuk-lekuk di tubuhku. Entah dia sadar atau tidak dengan suara-suara
ribut yang berasal dari mulutku.
Ketika itu aku masih berusaha untuk tidak terlalu ribut, tetapi ketika
dia menghisap putingku, aku menjerit tak karuan, pada saat itulah dia
merelakan tangan kirinya untuk di mulutku sebagai alat pembungkam.
Kugunakan jari-jarinya sebagai pengedap suara yang kugigit-gigit sebagai
pengganti jeritan yang keluar. Tapi hanya sebentar saja, karena
tangannya kemudian berpindah meremas-remas pantatku.
Aku mulai protes di saat gerakannya kian turun ke bawah, ketika
jari-jarinya mulai menyusup ke dalam celanaku dan menyentuh bulu-bulu
kewanitaanku. Kepalaku menggeleng-geleng. Aku merasa tidak nyaman, well,
at least tidak di tempat begini. Tiba-tiba aku berada di alam sadar.
Wajahku yang sejak tadi menikmati aksinya kini mulai terjaga. Tangan Bayu mencoba melorotkan celana dalamku, tapi aku tahan,
“ Stop Bayu…. Cukup sampai di sini... pleaasse, aku enggak bisa melanjutkan.. ”, ucapku.
Aku masih mencegahnya dengan cara menempatkan tangan kiri di celanaku
dan tangan kanan mendorong jauh bahunya. Adam menjawab dengan nafas
memburu,
“ Oughhh… jahgan sayang...! jangan hentikan sekrang... ”, ucapnya.
Masih dengan mulutnya yang sedang menjilati puting payudaraku dengan
menggebu-gebu, sementara dua jari tangannya sudah menyusup lebih dalam
lagi mencari klitorisku, dia makin nafsu,
“ Vagina kamu sudah basah kuyup sayanf… Oughhh… ”, ucapnya dengan muka mesumnya.
Aku-pun mengerang tertahan. Aku memang sudah nafsu sekali, aku sudah siap sebenarnya... dia malah masih berpakaian utuh.
“ Bayu! Aku serius! ”,
Akhirnya aku benar-benar menghentikan gerakannya, karena detik
berikutnya aku tampar kepalanya. Tidak keras, tapi cukup membuat dia
kaget.
“ Whoops.. ”, pikirku. Lalu aku berkata lunak sedikit memelas,
“ Bayu, aku serius, tolong jangan dilanjutkan... aku bisa meledak di sini ”,
“ Ya ledakkan aja. Apa salahnya? Bukankah tadi hampir? ”, Dia tidak marah, cuma agak kesal mungkin.
“ Lebih baik jangan ”,
Ketika itu aku menunduk sembari mengenakan pakaianku kembali. Aku tidak
mau nantinya berakhir di kantor security atau apa, pikirku.
“ Ratih, nanti kita lanjutkan di rumahku, setelah makan malam ”, katanya sungguh-sungguh.
Bayu keluar dulu. Aku menyusul di belakangnya dengan tampang innocent,
maklum kan, baru mencoba baju, namun kelihatannya wajahku kemerahan
bekas gejolak nafsu tadi, mataku sedikit berair karena kenikmatan yang
baru saja kualami. Bayu terlihat normal-normal saja, dia hanya tersenyum
di saat kita bertatapan.
“ Ada barang lain yang masih diperlukan? ”, tanya Bayu.
“ Enggak ada! Keperluanku udah komplit ”,
“ Ayo kita cari makanan kalau gitu. Aku lapar banget. Sini bajunya aku bayar dulu ”,
Aku pun berdiri di depan counter siap melakukan transaksi pembayaran.
“ Ngapain dia mau ikut-ikut bayar “, pikirku.
Aku sudah siap dengan kartu kreditku, namun sebelum kartuku diambil oleh
sang kasir, Bayu dengan kilat mengambil kartuku, menukarnya dengan
kartu NM-nya dan menyerahkan kepada kasir. Aku melotot, protes.
“ Engga apa-apa ”, katanya ringan. Well, mungkin duit segitu tidak berarti apa-apa buatnya, tapi kan bisa jadi beban untukku.
Selesai makan malam, Bayu benar-benar membawaku pergi ke rumahnya. Aku
tidak begitu yakin jika aku harus menurutinya atau menolaknya
mentah-mentah. Sejujurnya aku ingin menikmati apa yang dia tawarkan,
harus kuakui aku memang membutuhkannya. Sudah lama sekali aku tidak
disentuh laki-laki, tapi karena tidak ingin kelihatan desperate.
Kemudian aku mengungkapkan bahwa aku mengkhawatirkan mobilku yang masih
parkir di lapangan kantor, dia bilang tidak usah takut. Pokoknya beres,
katanya. Setiba di rumahnya, Bayu menyuguhkan Whisky. Tanpa ba bi Bu
lagi, dia memelukku dari belakang, dan kali ini dia menciumi seluruh
bagian belakang tubuhku, mulai dari kudukku sampai ke bawah kakiku.
Lalu setelah itu aku berbalik dan dia naik dari situ menstimulir seluruh
bagian depanku inci demi inci. Kami berakhir di ranjangnya, tubuh
telanjang dan masih meresapi sisa-sisa kejadian yang baru saja lewat.
Aku bangkit duluan. Jam di meja sudah menunjukkan jam 23.00. Aku harus
menjemput mobilku dan pulang ke rumahku sendiri. Kami berpakaian.
Ketika itu Adam masih sempat-sempatnya mengganti sarung bantal penopang kepalaku tadi.
“ Ngapain sih? ”, tanyaku tersinggung, karena yang diganti ternyata cuma sarung bantalku.
“ Uemm… ”, dia menatapku dengan tampang bersalah.
“ Mantan-kupun belum pindah keluar dari sini... dia bisa marah besar kalau mencium parfummu ”,
“ Hah! ”, aku serasa baru ditampar, mungkin balasan tamparanku tadi di kamar ganti.
“ Aku memang ingin kasih tahu kamu.. ”, katanya menatapku.
“ Maafkan aku.. ”, ucapku.
“ Dia masih tinggal di sini? Dia akan pulang malam ini? ”, ucapnya benar-benar membuat aku merasa terhina.
“ Dia sudah dua hari tidak tidur di sini. Dengar, Ratih, kita
benar-benar udah putus, aku udah meminta dia keluar secepatnya, tapi dia
butuh waktu mencari tempat tinggal lain ”,
“ Tentunya kamu tidak memerlukan bilang-bilang sebelum semua ini terjadi! ”, kataku sinis.
Singkat cerita aku-pun marah dan pergi meninggalkan rumahnya. Tapi, aku
belum bisa terima bahwa aku baru saja tidur di tempat tidur manatan
pacar Bayu yang tinggal bersama Bayu. Singkat cerita Akhirnya setelah 3
hari kamipun berbaikan kembali. Aku dan Bayu sekrang menjadi pasangan
kekasih, semenjak itu aku menggantikan mantan Bayu dan tinggal
dirumahnya seperti mantanya dulu. Selesai.
0 komentar:
Posting Komentar